Pura Pakualaman, Istana yang Sering Terlupakan

gerbang masuk Pura Pakualaman

Pura Pakualaman terletak di Jalan Sultang Agung, Kelurahan Semaki, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Layaknya sebuah istana, Pura Pakualaman ditinggali oleh Wakil Gubernur atau Paku Alam. Istana ini tidak sebesar Keraton Yogyakarta, menunjukkan bahwa kedudukan kadipaten ini walaupun sebagai negara berdaulat sendiri di luar Kesultanan Yogyakarta namun tetap setingkat di bawahnya.

Istana ini menghadap ke selatan. Di depannya terdapat lapangan kecil untuk parkir kendaraan dan di pinggirnya banyak lapak makanan dan minuman. Di sebelah barat daya istana terdapat Masjid Besar Pakualaman. Arsitektur masjid ini mirip dengan masjid raya kesultanan namun dalam skala yang lebih kecil dan sederhana. Di dalamnya terdapat mimbar dan maksura, yaitu tempat khusus untuk Pangeran Paku Alam, sama seperti yang ada di masjid raya kesultanan.

Saat ini, Pura Pakualaman menjadi kediaman Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam IX yang kemudian digantikan putranya, KGPAA Paku Alam X. Tempat ini sekarang dibuka untuk umum, cukup dengan mengisi buku tamu. Kita akan diantar berkeliling oleh abdi dalem yang ada di sana. Mereka bisa menjelaskan sedikit mengenai istana ini, karena abdi dalem di istana ini secara sukarela, tidak ada garis keturunan tertentu yang boleh menjadi abdi dalem.

para abdi dalem

Di bagian tengah area istana terdapat taman yang tidak boleh dimasuki atau diinjak rumputnya oleh pengunjung. Masuk lebih dalam lagi kita dapat melihat Bangsal Sewatama, juga tidak boleh dimasuki oleh pengunjung karena dikhawatirkan akan merusak properti di dalamnya. Di dalam bangsal ini terdapat furnitur seperti meja dan kursi yang terbuat dari kayu, digunakan untuk mengadakan pertemuan. Lalu ada gamelan di sisi depan bangsal. Di sebelah barat bangsal terdapat kereta kencana tapi saat itu ditutup kain, sehingga kita tidak bisa melihatnya.

Di sebelah timur bangsal terdapat paviliun dengan gaya Eropa, dengan nuansa warna putih di seluruh bangunannya. Terdapat banyak ukiran tembus pandang yang warna-warni.

paviliun bergaya Eropa

Uniknya, di area Pura Pakualaman mempunyai radio sendiri yang bernama Radio Suara Istana yang masih aktif hingga sekarang, walaupun penyiarnya tinggal seorang saja. Bapak penyiar ini sering sekali dijadikan rujukan untuk memberi informasi kepada pengunjung karena pengalamannya bekerja di sini sejak 25 tahun yang lalu, sehingga beliau tahu banyak sejarah, silsilah keluarga, dan mitos yang ada di sini.

kantor Radio Suara Istana

Tidak jauh dari kantor Radio Suara Istana, terdapat sebuah museum kecil, namun sayangnya museum ini jarang buka karena dikelola oleh wakil dari Kementerian Budaya, bukan dari pihak istana. Isi museum ini antara lain adalah alat-alat perang, pakaian tentara, dan pusaka kerajaan seperti keris dan payung kebesaran.

Pura Pakualaman sebenarnya tidak kalah menarik dari Keraton Yogyakarta, namun untuk kepentingan pariwisata masih banyak sisi yang harus diperbaiki, seperti sumber informasi. Abdi dalem yang ada di sini tidak dilatih untuk mengetahui sejarah dan kegunaan istana pada masa ini, sedangkan museum yang diharapkan dapat menjadi sumber informasi juga belum maksimal pelayanannya.